Aku mengenal quipper school dari teman sejawatku di sekolah. Temanku sudah meanjadi anggota tapi belum mengajak siswa. Aku coba cari tahu apa itu quipper school dari mbah google, ternyata quipper school adalah sarana bagi guru untuk memberi tugas bagi siswa untuk dikerjakan secara online di sekolah. Aku tertarik sekaligus ragu, bisakah diterapkan kepada siswaku? Maklumlah aku mengajar di sekolah desa.
Mulailah aku masuk menjadi anggota quipper school, memilih tugas yang sesuai dengan bidangku, yaitu IPA dan ternyata soal yang ada hanya untuk kelas 7 dan 8. Aku memilih salah satu tugas untuk kelas 8 dan memilih materi yang telah kuajarkan. Aku mulai memasukkan nama-nama siswaku yang aku perkirakan sudah memiliki hp dan akrab dengan internet.
Keesokan harinya, aku sampaikan mengenai quipper schooll kepada siswaku. Mereka tertarik, tapi sayangnya belum memiliki hp dan hanya 1 orang yang akrab dengan internet. Aku memiliki solusi, tugas bisa dikerjakan di sekolah dengan komputer sekolah dan modem dari saya.
Akhirnya setiap jam istirahat, ada kesibukan di ruang media, karena siswa-siswaku sibuk mengerjakan tugas di quipper school. Karena modemku hanya satu, maka mereka mengerjakan secara bergantian. Siswa yang lain sibuk belajar komputer sendiri. Maklum, karena pelajaran TIK sudah dihapus, anak-anak punya keinginan untuk belajar komputer sendiri sambil mengerjakan tugas di quipper school. Jadilah aku merangkap ngajar TIK saat istirahat.
Bagi teman2 yang ingin habung dengan quipper school silahkan klik di www.quipperschool.com/id
Minggu, 02 November 2014
Quipper School bagi siswaku
Sabtu, 01 November 2014
Pengalamanku dengan kurtilas
Pertamakali ada pelatihan kurikulum 2013 aku memang belum menjadi peserta, karena sesuai kesepakatan awal, pelatihan kurikulum 2013 yang pertama untuk guru sejawat saya di sekolah. Tapi ketika ada pelatihan lagi, giliran saya yang mengikuti. Saat itu, kita belum melaksanakan kurikulum 2013 karena memang belum ditunjuk sebagai guru sasaran.
Pertamakali mengikuti pelatihan, saya belum terlalu mengerti apa yang diinginkan kurikulum 2013 terhadap kita. Setelah mengikuti pelatihan dan mempelajari materi, melaksanakan tugas yang diberikan nara sumber, saya mendapatkan sedikit pengertian bahwa kurikulum 2013 menginginkan guru dapat menjadi fasilitator pendidikan bagi siswa karena siswa dituntut mencari sendiri informasi dari kegiatan pembelajaran dan guru hanya dituntut untuk menilai sikap, keterampilan dan pengetahuannya.
Liburan akhir semester tahun ini, saya dan teman sejawat saya sebagai guru IPA tingkat SMP harus mengikuti pelatihan lagi karena kurikulum 2013 harus dilaksanakan mulai tahun ajaran baru untuk kelas 7 dan 8. Saya sedikit heran walaupun tidak bisa protes. Mengapa kelas 8 juga harus memakai kurtilas? Apakah materinya tidak akan tumpang tindih nantinya?
Dengan harapan besar kami mengikuti pelatihan lagi. Pada pelatihan kali ini kami diharuskan mempraktekkan pembelajaran di kelas yang sudah dirancang sesuai dengan kurikulum 2013, sehingga kami sudah memiliki gambaran mengenai hal-hal yang akan kami lakukan pada saat pembelajaran nantinya. Tapi masih ada pertanyaan yang belum terjawab tentang cara penilaian yang harus kita lakukan. Penilaian yang harus ada di setiap pertemuan minimal harus ada penilaian sikap dan keterampilan atau pengetahuan. Bagaimana kita menilai sikap 25 siswa dalam satu pertemuan?
Sebagai sie kurikulum di sekolah, saya memiliki pekerjaan rumah untuk membuatkan format penilaian yang sesuai dengan kurtilas sebelum tahun pelajaran baru dimulai. Mulailah saya pelajari cara penilaian dan format rapor yang harus ditulis nantinya. Hal yang perlu dipersiapkan pertama ternyata aplikasi rapor. Dengan membuat aplikasi rapor akan memudahkan wali kelas untuk mencetak rapor, karena rapor kurikulum 2013 harus disertai capaian kompetensi yang merupakan uraian kemampuan siswa. Dengan menggunakan aplikasi, maka akan memudahkan wali kelas mencetak rapor. Akhirnya dengan browsing di internet, saya menemukan aplikasi yang paling mudah dipahami dan dapat disesuaikan dengan format nilai yang saya buat. Saya siap menyebarkan format penilaian untuk tahun pelajaran baru 2014/2015 kepada teman-teman guru di sekolah.
Tibalah saatnya melaksanakan kurikulum 2013 di sekolah. Ada kehebohan di sekolah saat pertama masuk karena buku siswa untuk peserta didik belum siap. Kepala sekolah menginstruksikan untuk segera memfotocopy bab 1 untuk setiap mapel dan dibagikan kepada setiap siswa. Jadilah guru-guru memfotokopi buku siswa untuk peserta didik.
Sesuai dengan pelatihan, pembelajaran kali tidak diawali dengan materi, hanya menyampaikan motifasi yang dapat mengantarkan siswa pada materi hari itu. Kebetulan hari pertama masuk sekolah, saya mengajar kelas 8, dengan tema sistem gerak. Siswa saya berikan sedikit arahan tentang gerak dengan tanya jawab sebentar kemudian saya minta mereka mengamati daun putri malu yang kebetulan ada di depan kelas. Semua siswa keluar kelas untuk bisa langsung mengamati daun putri malu yang diberikan rangsang berupa sentuhan, panas dan dingin. Saya hanya mengamati bagaimana siswa melaksanakan pengamatan secara berkelompok dan menilai aspek keterampilan seperti yang diinginkan kurtilas. Walaupun siswa umumya sudah bisa melaksanakan kegiatan masih ada pertanyaan dari siswa untuk mengisi tabel pada lembar kegiatan siswa. Pada saat di kelas, barulah saya mengajak siswa untuk membahas bersama hasil pengamatan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa kemudian membuat kesimpulan bersama tentang materi hari itu. Saya mulai agak terbiasa dengan kurtilas, karena sejak dulu saya memang senang mengajar dengan memperlihatkan langsung fenomena IPA kepada siswa daripada hanya menceritakannya. Saya merasa kurtilas sesuai dengan cara mengajar saya. Tapi saya masih belum terbiasa dengan penilaian sikap spiritual dan sosial yang harus dilakukan. Akhirnya saya melakukan penilaian spiritual dan sosial dengan memfokuskan penilaian pada beberapa anak untuk setiap pertemuan, sehingga dalam satu bab semua siswa akan dapat dinilai.
Awal agustus sekolah kami mengadakan pertemuan untuk membahas cara penilaian dan penggunaan aplikasi rapor. Dari pertemuan tersebut kami akhirnya sepakat menggunakan aplikasi rapor tertentu dan mempraktekkannya. Tetapi awal september, kami mendapat panggilan untuk pelatihan tentang penilaian kurtilas dari MKKS. Kami mendapat informasi bahwa peraturan menteri untuk penilaian telah berubah. Kami hanya terheran-heran, belum selesai kami laksanakan, kurtilas berubah lagi. KTSP buku 1 sudah kami sahkan ke Dinas Pendidikan, belum dilaksanakan sepenuhnya, sudah ada perubahan. Pelatihan penilaian di sekolah yang sudah dilaksanakan tidak ada gunanya. Peraturan penilaian berubah, tentu saja aplikasi rapor juga berubah. Buku siswa pun sampai sekarang belum kami terima. Siswa hanya menggunakan fotokopi buku siswa.
Sebagai guru, saya hanya bisa melaksanakan kurtilas sebaik-baiknya demi peserta didik. Tapi ada sesuatu yang sebelumnya belum pernah terjadi di kelas, dengan kegiatan praktek langsung sesuai kurtilas, siswa saya yang biasanya diberikan rumus, dapat mencari rumus sendiri berdasarkan hasil praktek. Bagi guru di SMP yang mewah (mepet sawah/sekitar sawah) seperti saya, hal sekecil ini begitu membahagiakan.